Lined valve banyak digunakan dalam sistem perpipaan yang membawa bahan kimia agresif, karena menawarkan perlindungan korosi ekstra melalui lapisan liner (seperti PFA, PTFE, atau ETFE) di bagian dalam valve. Tapi, supaya lined valve benar-benar bisa diandalkan saat dipasang di lapangan, ada satu tahap penting yang tidak boleh dilewatkan: Factory Acceptance Test (FAT).
FAT bukan sekadar formalitas. Ini adalah proses akhir sebelum valve dikirim ke pengguna, untuk memastikan bahwa kualitas dan performa produk sesuai spesifikasi. Nah, khusus untuk lined valve, ada beberapa pengujian krusial yang harus dilakukan agar kita bisa yakin tidak ada cacat tersembunyi yang bisa berujung pada kegagalan fungsi. Berikut beberapa hal penting yang harus diuji:
Salah satu keunggulan utama lined valve adalah lapisan pelindungnya yang mampu mencegah kontak langsung antara fluida agresif dan body logam. Tapi keunggulan ini hanya akan efektif jika liner benar-benar menempel kuat dan merata di seluruh permukaan internal valve. Adhesion test atau uji daya rekat dilakukan untuk memastikan hal ini.
Tujuan utama dari adhesion test adalah mengevaluasi kekuatan ikatan antara liner (biasanya dari material seperti PTFE, PFA, atau ETFE) dan substrat logam valve. Jika daya rekatnya lemah, maka liner berpotensi terkelupas atau terangkat sebagian saat terkena tekanan fluida, suhu tinggi, atau getaran mekanis di lapangan. Kondisi ini bisa memicu kebocoran, kontaminasi fluida, bahkan kegagalan total sistem—karena logam yang terbuka bisa langsung terkena korosi kimia.
Dalam praktiknya, adhesion test bisa dilakukan dengan beberapa metode, tergantung standar dan prosedur pabrik. Salah satu metode umum adalah pull-off test, di mana alat khusus digunakan untuk menarik liner secara tegak lurus dari permukaan logam. Gaya tarik maksimum sebelum liner terlepas akan menjadi indikator kekuatan ikatnya. Semakin tinggi nilai gaya yang dibutuhkan untuk melepaskan liner, semakin baik kualitas adhesinya.
Selain itu, uji destruktif pada sampel non-produktif juga umum dilakukan—misalnya pada specimen uji yang dilining menggunakan batch material dan proses yang sama. Tujuannya untuk memverifikasi bahwa proses surface preparation, pemanasan (curing), dan pressure forming sudah berjalan optimal. Permukaan logam biasanya perlu diroughening (diproses agar lebih kasar) atau di-treatment terlebih dahulu sebelum proses lining, agar material thermoplastic bisa ‘menggigit’ dengan kuat.
Hasil dari adhesion test ini akan jadi acuan penting—kalau nilainya berada di bawah standar minimum, valve bisa langsung ditolak atau diminta untuk diperbaiki. Karena di aplikasi nyata, liner yang terlepas tidak hanya berbahaya, tapi juga sangat sulit diperbaiki tanpa penggantian unit.
Sekuat dan setebal apapun liner pada sebuah valve, satu lubang mikro saja bisa jadi awal dari kerusakan besar. Micro-hole atau pinhole pada liner mungkin tidak terlihat oleh mata telanjang, tapi bisa menjadi jalan masuk bagi fluida agresif untuk mencapai body logam di baliknya. Dan begitu logam mulai terpapar, korosi akan bekerja secara diam-diam—merusak struktur valve dari dalam hingga akhirnya gagal total.
Spark test atau uji percikan adalah cara paling efektif untuk mendeteksi cacat semacam ini sebelum valve dikirim ke lapangan. Prinsipnya sederhana: jika ada jalur terbuka di dalam liner yang seharusnya kedap, maka arus listrik akan “meloncat” melalui titik tersebut saat dialiri tegangan tinggi—dan itu akan terlihat sebagai percikan cahaya kecil.
Prosedur spark test dilakukan dengan menggunakan detektor percikan bertegangan tinggi (biasanya antara 10.000 hingga 20.000 volt tergantung ketebalan liner). Alat ini memiliki elektroda berbentuk kuas kawat atau ujung logam, yang digerakkan perlahan di atas permukaan liner. Kalau liner utuh dan tidak ada celah, arus tidak akan mengalir. Tapi begitu ada micro-hole, maka arus akan menembus ke substrat logam dan menghasilkan percikan (spark), yang langsung jadi sinyal bahwa ada kebocoran.
Salah satu keunggulan spark test adalah kemampuannya mendeteksi cacat tanpa merusak liner. Karena itu, metode ini sering digunakan sebagai bagian dari pengujian 100% pada setiap unit lined valve yang diproduksi. Biasanya dilakukan di area permukaan internal body dan bonnet—semua bagian yang langsung bersentuhan dengan fluida.
Pengujian ini sangat krusial terutama untuk valve yang akan digunakan pada aplikasi kimia berbahaya atau korosif, seperti asam kuat, basa pekat, atau pelarut organik. Sebab pada kondisi ekstrem seperti ini, bahkan celah sekecil rambut pun bisa menyebabkan kegagalan dalam hitungan hari.
Selain mendeteksi cacat produksi, spark test juga kadang dilakukan ulang sebelum pemasangan di lapangan, terutama jika valve sempat disimpan dalam waktu lama atau dikirim jarak jauh. Ini jadi langkah ekstra untuk memastikan tidak ada kerusakan liner selama proses handling atau transportasi.
Setiap valve—terutama lined valve—harus diproduksi dengan presisi tinggi agar bisa terpasang mulus di sistem perpipaan yang sudah ada. Itulah kenapa dimensional check jadi bagian penting dari FAT. Tujuannya bukan hanya memastikan ukuran fisik valve sesuai dengan gambar teknik (engineering drawing), tapi juga memastikan bahwa valve bisa diinstal tanpa masalah dan bekerja dengan aman dan efisien.
Salah satu dimensi krusial yang harus dicek adalah face-to-face dimension—jarak antara permukaan inlet dan outlet flange. Ukuran ini biasanya mengikuti standar internasional seperti ANSI, DIN, atau JIS, tergantung sistem yang digunakan pelanggan. Kalau face-to-face tidak sesuai, bisa jadi valve tidak bisa dipasang di antara dua pipa yang sudah ada, atau malah menyebabkan tarikan paksa pada sistem, yang berisiko membuat gasket gagal sealing.
Selain itu, pada lined valve, ada elemen khusus yang juga harus dicek: overhang liner. Ini adalah bagian liner yang menonjol sedikit dari permukaan flange valve. Overhang ini dirancang untuk membantu menciptakan sealing yang rapat dengan gasket, sekaligus melindungi area kontak flange dari bahan kimia. Tapi overhang ini harus pas ukurannya—tidak boleh terlalu pendek, karena bisa mengurangi efektivitas sealing, dan tidak boleh terlalu panjang, karena bisa menyulitkan pemasangan atau membuat gasket terdorong keluar saat dikencangkan.
Tak hanya dua hal itu, pengecekan dimensi juga mencakup:
Pengecekan ini biasanya dilakukan dengan alat ukur presisi seperti vernier caliper, micrometer, atau jig ukur khusus. Dan semua hasil ukur harus dicatat dan dibandingkan dengan drawing sebagai bagian dari laporan FAT.
Kesalahan dimensi mungkin tidak langsung terlihat di workshop, tapi bisa sangat merepotkan saat valve tiba di lokasi dan ternyata tidak bisa dipasang dengan mudah. Lebih parahnya lagi, pemasangan paksa karena dimensi tidak sesuai bisa membuat gasket rusak, liner robek, atau terjadi misalignment yang memengaruhi performa jangka panjang.
Tahap akhir dari FAT pada lined valve adalah inspeksi visual, dan meskipun terdengar sederhana, tahap ini bisa jadi penentu utama apakah valve aman untuk dikirim ke pelanggan atau harus ditahan dulu untuk evaluasi lebih lanjut. Visual inspection dilakukan dengan mata telanjang (kadang dibantu lampu sorot atau kaca pembesar), dan tujuannya adalah mendeteksi cacat-cacat permukaan yang mungkin terbentuk selama proses pelapisan (lining), curing, atau handling.
Beberapa jenis cacat permukaan yang harus diwaspadai antara lain:
Inspeksi visual juga bisa mencakup pengecekan pada bagian luar valve—seperti kondisi body, flange face, marking, dan kondisi coating luar. Namun, yang paling krusial tetap ada di area permukaan liner karena di sanalah “benteng pertahanan” utama terhadap fluida korosif berada.
Meskipun cacat visual tidak selalu langsung menyebabkan kegagalan saat valve diuji di workshop, tapi begitu valve dipasang dan mulai beroperasi dalam tekanan dan suhu sebenarnya, cacat kecil bisa bereskalasi menjadi masalah besar. Maka dari itu, penting bagi tim QC atau QA untuk benar-benar teliti, dan bila perlu menggunakan standard visual acceptance criteria yang jelas—misalnya dari internal SOP, atau referensi industri seperti ASTM D3159 untuk PTFE lining.
Sebagai panduan, berikut checklist visual inspection yang harus dilakukan untuk memastikan kualitas lined valve.
Keterangan:
Melakukan FAT (Factory Acceptance Test) secara menyeluruh bukan hanya soal memenuhi prosedur, tapi soal menjamin keandalan lined valve saat menghadapi kondisi nyata di lapangan—mulai dari tekanan fluida, suhu tinggi, hingga paparan bahan kimia agresif. Pengujian seperti adhesion test, spark test, dimensional check, dan visual inspection adalah langkah-langkah penting untuk memastikan setiap valve yang keluar dari pabrik benar-benar siap pakai tanpa risiko tersembunyi.
Karena itu, penting bagi tim QA/QC dan end user untuk memahami apa saja yang harus diuji, kenapa itu penting, dan apa konsekuensinya jika diabaikan. Lined valve mungkin terlihat sederhana dari luar, tapi kualitasnya sangat ditentukan oleh detail kecil yang hanya bisa dibuktikan lewat FAT yang teliti.
Dengan proses FAT yang tepat, kita tidak hanya melindungi investasi material, tapi juga menjaga keselamatan sistem dan kelangsungan operasional dalam jangka panjang.